Weekly Newsletter 25 Oktober 2020: Masih Banyak Pengangguran, Benarkah Ekonomi Sudah Membaik?

shutterstock_1540358822.jpg

Pandemi yang teratasi pada pertengahan tahun lalu, awalnya memang sempat membuka peluang bagi ekonomi untuk pulih. Namun ketika pembatasan sosial dilonggarkan kembali, infeksi di banyak negara malah kembali melonjak termasuk di Indonesia. Akibatnya ekonomi masih tersendat, dan angka pengangguran juga masih mengkhawatirkan. Apakah masih ada harapan ditengah kondisi ini? Simak ulasannya di bawah.

China Jadi Motor Ekonomi Dunia

  • Pada minggu lalu, data pertumbuhan ekonomi kuartal 3 China baru saja rilis. Hasilnya mengejutkan, ternyata pada Q3 ekonomi negeri tirai bamboo sudah tumbuh sebesar 4,9%. Ini jadi pertumbuhan tertinggi diantara negara lainnya yang masih berjuang pulih dari pandemi.

  • Pemulihan yang cepat ini membuat China menjadi motor ekonomi dunia satu – satunya khususnya untuk Asia. Beberapa negara yang memiliki hubungan perdagangan besar dengan China termasuk Indonesia berpotensi meraup efek positif dari ini.

  • Namun, perlu diwaspadai kalau belanja konsumen di negeri tirai bambu itu masih lebih rendah 9% dari tahun sebelumnya, yang mengindikasikan masih lemahnya daya beli masyarakat. Sejalan dengan perkataan IMF, bahwa pemulihan total akan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Pengangguran Masih Menghantui Ekonomi

  • Tingkat pengangguran yang sering dijadikan indikator ekonomi masih menunjukan hasil yang kurang baik. Pada Amerika Serikat saja, angka klaim pengangguran pada 10 Oktober lalu menunjukan kenaikan tertinggi sejak bulan Juli.

  • Demikian pula yang terjadi pada negara – negara di Asia, yang menurut Bloomberg dampak berkurangnya lapangan kerja menciptakan 38 juta orang miskin baru. Bahkan, negara Cina yang ekonominya masih bertumbuh, pengangguran pada generasi mudanya masih tergolong tinggi.

  • Kabar baiknya, meski Covid-19 membuat banyak perusahaan kesulitan keuangan, adanya stimulus pemerintah mampu mencegah kebangkrutan perusahaan bertambah banyak berdasarkan laporan Bloomberg. Artinya, peluang terciptanya lapangan kerja masih ada setelah pandemi berhasil diatasi.

Ricuh UU Omnibus Law Masih Berlangsung

  • Omnibus Law yang ramai diperdebatkan di Indonesia saat ini masih jadi perhatian utama bagi kaum buruh. Saat ini, perkumpulan buruh telah mengajukan pengujian kembali UU tersebut kepada anggota DPR dengan ancaman adanya demo lanjutan bila tidak ditanggapi.

  • Meski ada banyak protes, UU omnibus law ini sempat dipuji oleh Bank Dunia karena bisa meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia. Namun, berita terakhir juga menginfokan kalau Presiden Jokowi akan mempertimbangkan untuk menunda pelaksanaan UU baru ini, sehingga masih terbuka ruang untuk direvisi agar lebih sesuai kepada semua pihak.

  • Adanya gejolak sosial akibat ketidakpastian UU Omnibus Law ini bisa membuat investor asing lebih was – was untuk berinvestasi di dalam negeri. Namun, efek jangka panjang dari UU ini tentu sangat baik untuk pertumbuhan ekonomi, dan bisa menguntungkan investor jangka panjang.