Bibit Weekly Newsletter 5 Oktober 2020: Asing Terus Jualan, Gimana Nasib Pasar?

shutterstock_1359763370.jpg

Sepekan terakhir, IHSG tidak mengalami kenaikan atau penurunan harga yang besar, melainkan cenderung flat. Namun, dalam bulan September ini, transaksi jual asing masih terus terjadi dan nilainya mencapai lebih dari Rp.16 triliun selama sebulan lalu. Bagaimana keadaan pasar kedepannya di tengah aksi jual asing ini serta isu internasional yang sedang terjadi saat ini? 

Politik Amerika Masih Jadi Penggerak Pasar

  • Salah satu hal yang menggerak pasar global akhir – akhir ini adalah pemilu presiden di Amerika Serikat. Ini karena 2 calon presiden memiliki pandangan yang sangat berbeda, sehingga akan menimbulkan reaksi pasar yang berbeda juga.

  • Kemenangan Joe Biden dikhawatirkan akan membuat pasar anjlok sementara. Ini karena rencana Biden untuk  menaikkan pajak untuk perusahaan dan keluarga dengan penghasilan tahunan di atas 400 Ribu dollar per tahunnya.

  • Sedangkan bila Trump berlanjut jadi Presiden, mungkin ia tidak akan menaikan pajak, namun kebijakannya akan lebih nasionalis, contohnya seperti perang dagang dengan Cina. Tentu, ini berpotensi membuat pasar keuangan global jadi kurang kondusif kedepannya.

Arus Keluar Dana Asing Masih Tinggi

  • Pasar saham Indonesia tercatat mengalami aksi jual asing yang nilainya mencapai lebih dari 2,9 Miliar USD (lebih dari Rp. 40 Triliun) sejak awal tahun 2020. Berdasarkan data dari Kontan, di Asia, Indonesia menempati posisi ketiga dengan arus dana asing yang keluar setelah Jepang dan Taiwan.

  • Belum lagi, penjualan oleh asing ini juga berpotensi diperparah dari adanya isu perubahan Undang – Undang BI. Wewenang Bank Indonesia nantinya direncanakan akan ada di bawah pemerintah. Hal ini mengurangi independensi BI yang bertugas menjaga stabilitas sistem moneter negara.

  • Aliran dana asing ke dalam negeri yang lemah bisa membuat Rupiah terdepresiasi nantinya. Ini akan menekan kinerja beberapa perusahaan domestik yang banyak membayar kewajibannya/utang dalam bentuk US Dollar. Dampaknya akan membuat pasar keuangan juga melemah.

Pemulihan Ekonomi Domestik Lebih Lambat

  • Bank dunia merubah prediksi pertumbuhan ekonomi untuk Indonesia dari sebelumnya 0% menjadi -1,6% di tahun 2020. Pemulihan Indonesia dinilai jauh lebih lambat dari sebelumnya akibat belum menerapkan isolasi secara ketat untuk menekan kasus Covid-19

  • Hal ini terlihat dari penambahan kasus Covid-19 harian yang terus meningkat. Pada minggu lalu, peningkatan kasus sudah lebih dari 3,800 orang setiap harinya. Peningkatan jumlah kasus ini belum menurun secara signifikan sejak bulan Maret 2020.

  • Di sisi lain, pemerintah juga mengalami defisit keuangan yang meningkat, akibat biaya stimulus pemulihan ekonomi yang saat ini juga belum terserap banyak. Padahal, adanya kelanjutan PSBB di Jakarta sudah membuat beberapa bisnis, terutama restoran dan retail, meminta tambahan insentif dari pemerintah.

Kita tidak tahu apa yang terjadi di depan, namun rasanya terlalu pesimis bila menganggap kondisi seperti ini akan berlangsung selamanya. Asalkan sudah punya tujuan investasi yang jelas dan punya strategi untuk menjaga resiko, maka kita tetap boleh melakukan investasi di saat seperti ini.