Kembali lagi di Kelas Bibit bareng Sucor Asset Management!
Kali ini kami akan bahas tentang bagaimana strategi investasi reksa dana yang baik di tengah wabah COVID-19. Bersama dengan Toufan Yamin, Investment Specialist Sucor Asset Management.
Kondisi Pasar Saat Ini
Wabah COVID-19 menghantui ekonomi dan membuat pasar terpukul hingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat ke angka 3,900. Beberapa dari kamu mungkin takut untuk investasi lagi saat itu, mungkin sudah ada yang menjual investasinya. Tapi, ternyata pasar kembali rebound di sekitar angka 4,500. Kok bisa?
Kenaikan ini tidak lepas dari dukungan ekonomi/stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pemerintah Indonesia mengeluarkan paket stimulus ekonomi untuk meringankan beban keuangan masyarakat dan sektor usaha dalam menghadapi COVID-19.
Selain itu, Bank Indonesia turut menjaga likuiditas di pasar domestik untuk menjaga aliran dana asing tidak keluar terlalu banyak dari dalam negeri. Efeknya, mata uang Rupiah sudah mulai stabil lagi. Ini menjadi berita positif yang membawa kenaikan pasar kemarin.
Tapi hati-hati guys, COVID-19 masih berlangsung dan masih banyak kasus dalam negeri. Jadinya, perekonomian masih terhambat dan bukan tidak mungkin pasar masih akan turun, meskipun penurunannya mungkin tidak sebesar kemarin. Kemudian bagaimana strategi kita menghadapinya?
Strategi Dollar Cost Averaging
Buat kamu yang masih pemula bisa pakai strategi yang sangat simple nan efektif yaitu Dollar Cost Averaging (DCA). Dengan DCA, kamu nggak perlu peduli kondisi pasar lagi naik atau turun, cuma perlu invest secara rutin hingga tujuan investasi tercapai.
Asalkan instrumen investasi yang dipilih sudah benar, dengan DCA kamu bisa memetik hasil yang baik dalam jangka panjang (di atas 1 tahun). Tidak masalah meski pasar sedang turun, karena berdasarkan sejarah pasar, terjadinya kenaikan dalam jangka panjang sangatlah mungkin. Untuk baca selengkapnya tentang DCA, bisa klik di sini.
Saat yang Tepat untuk Mulai Investasi
Apakah saat ini waktu yang tepat untuk mulai investasi dengan DCA?
Kondisi pasar yang tertekan membuat valuasinya masih dalam kondisi yang sangat murah untuk dibeli, bahkan lebih murah dibanding penurunan tajam yang terjadi pada 2008. Bila mulai menerapkan DCA saat ini, meski pasar akan turun lagi, kamu bisa mendapatkan harga rata-rata yang lebih murah.
Kamu nggak perlu nunggu hingga pasar mencapai titik terbawah lagi, karena sulit menebak hal itu. Kalau ditunggu, bisa jadi kamu nggak mulai-mulai investasi dan malah ketinggalan kereta saat pasar naik. Nah, jadi nggak perlu bingung dan bisa mulai sekarang ya.
Ada beberapa pertanyaan menarik dari audiens;
1. Q: Apakah sekarang waktu tepat untuk beli reksa dana saham?
A: Melihat kondisi pasar yang masih murah, reksa dana saham sangat menarik untuk dimiliki. Apalagi, bila jangka waktu investasi kamu di atas 2 tahun, maka hasil maksimal bisa diperoleh dari RD Saham. Disarankan juga untuk memilih reksa dana saham indeks karena berisi saham-saham unggulan di pasar. Jadi, kamu bisa mendapat barang dengan kualitas baik di harga yang murah saat ini.
2. Q: Lebih baik beli reksa dana obligasi atau pasar uang untuk saat ini?
A: Tergantung dari jangka waktu investasi kamu. RD Obligasi sedang murah, serta didukung oleh kondisi global yang membuat obligasi di negara berkembang seperti Indonesia jadi lebih menarik bagi investor asing. Bila kamu punya jangka waktu investasi di atas 1 tahun, maka sangat cocok memiliki RD obligasi. Tapi bila investasi kamu hanya untuk beberapa bulan saja, reksa dana pasar uang menjadi pilihan menarik karena stabil terhadap kondisi pasar, apapun yang terjadi.
3. Q: RD Obligasi apa yang bagus untuk dibeli saat ini?
A: Sebaiknya memilih reksa dana obligasi yang memiliki komposisi lebih banyak pada Surat Utang Negara (SUN). Negara memiliki kemampuan lebih kuat dan stabil dalam membayar utangnya dibandingkan perusahaan di tengah pandemi. Sehingga, bakal lebih menjamin keamanan investasi kamu di situasi yang belum pasti.
4. Q: Apakah nilai dari NAV reksa dana bisa turun hingga habis seluruhnya?
Sebuah reksadana dikelola dengan diversifikasi, hal ini akan menekan resiko penurunan NAV yang sangat dalam, apalagi hingga habis seluruhnya. Jadi sangat kecil kemungkinan NAV reksa dana untuk turun hingga habis.
5. Q: Apakah boleh berinvestasi tapi menyimpang dari profil risiko saya?
Profil risiko bisa berubah sesuai penambahan usia atau perubahan kondisi keuangan. Sehingga, boleh saja menyesuaikan keputusan investasi sesuai dengan profil risiko. Namun, sesuaikan juga risiko yang diambil dengan jangka waktu investasi kamu. Misalnya kalau investasimu untuk 2 tahun ke atas, maka boleh saja mengambil risiko lebih tinggi seperti reksadana saham. Tapi, kalau relatif lebih pendek, bisa memilih instrumen yang resikonya relatif lebih kecil.
Kalau mau tau lebih banyak informasi seputar investasi dan keuangan lainnya, jangan lupa cek terus instagram dan twitter Bibit ya. Sampai ketemu di Kelas Bibit berikutnya.