Pada minggu lalu, Kelas Bibit mendiskusikan perkembangan pasar bersama Bahana Investment Management. Khususnya, ini topik yang diulas adalah seputar perkembangan pasar di tengah kondisi resesi global dan cara investor menghadapi kondisi yang akan terjadi kedepannya. Semuanya dibahas bareng Emil Muhamad, Economist Bahana Investment Management.
Saat ini, kita melihat resesi terjadi di beberapa negara maju. Resesi merupakan kondisi dimana pertumbuhan ekonomi suatu negara mengalami penurunan dalam 2 kuartal berturut-turut. Indonesia baru mengalami penurunan 1 kuartal, jadi penentuan ada atau tidaknya resesi domestik masih bergantung pada kuartal 3. Pertanyaannya, bagaimana kondisi saat ini?
Salah satu yang bisa dilihat untuk tahu ada atau tidaknya pemulihan adalah data Google Mobility Index. Saat awal COVID-19 di Maret lalu, pergerakan masyarakat ke pusat perbelanjaan turun sekitar 60%, tapi saat ini penurunannya hanya kurang dari 30%. Ini menandakan bahwa aktivitas masyarakat mulai pulih kembali dan tentunya mendukung perekonomian berjalan lagi.
Pergerakan masyarakat bisa saja dibatasi kembali oleh pemerintah, bila ada kenaikan penularan COVID-19. Sebagai contoh, di DKI Jakarta ada pemberlakuan kembali ganjil genap untuk lalu lintas kendaraan. Ini mengingat aktivitas masyarakat mulai pulih disaat masih ada penularan. Namun, kita masih optimis dengan peluang pemulihan ekonomi sampai akhir tahun 2020.
Hal lain yang menjadi dukungan adalah stimulus pemerintah yang berjalan. Pemerintah mengumumkan akan membagikan bantuan tunai senilai 600 ribu Rupiah per bulan bagi masyarakat berpenghasilan di bawah 5 juta Rupiah per bulan. Mengingat 60% ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi masyarakat, bantuan langsung tunai ini bisa menjaga daya beli masyarakat. Kita harapkan stimulus ini bisa mencegah Indonesia masuk ke resesi.
Bagaimana Investor Menyikapi Kondisi Saat Ini?
Ketidakpastian ekonomi saat ini membuat investor global memilih investasi yang relatif lebih aman atau disebut juga sebagai safe haven. Beberapa safe haven yang digunakan investor global antara lain yaitu Emas, Dolar Amerika, dan Obligasi Pemerintah.
Emas
Selama masa pandemi, harga emas sudah naik secara signifikan. Contohnya, emas yang dijual PT Antam sudah senilai Rp 1 Juta per gram.
Dollar Amerika
Dollar disukai investor global karena nilainya cenderung lebih kuat. Bila kita lihat 5 tahun terakhir, nilai Rupiah terhadap dollar Amerika turun sebanyak 3% per tahun.
Obligasi Pemerintah
Obligasi yang diterbitkan pemerintah juga menjadi favorit investor global, karena obligasi membayar bunga (kupon) kepada investor di tengah kondisi ekonomi apapun. Bila melihat obligasi pemerintah Indonesia, sampai saat ini belum pernah gagal bayar. Ini membuat uang investor tetap aman di tengah resesi.
Sebagai investor pemula yang berinvestasi di reksa dana, ada juga kok yang bisa kamu terapkan di tengah ketidakpastian ini. Pada reksa dana, investor disarankan melihat urutan prioritas berikut dalam meletakan dana: Pertama, Reksa Dana Obligasi (RDO); Kedua, Reksa Dana Saham (RDS); Ketiga, Reksa Dana Pasar Uang (RDPU). Mengapa seperti itu? Tujuannya agar tetap bisa menikmati return maksimal namun tetap menjaga resiko penurunan nilai.
Prioritas utama adalah Reksa Dana Obligasi yang nilainya berpotensi naik akibat adanya tren penurunan suku bunga bank sentral. Selain itu, pasar obligasi Indonesia cukup menarik di mata investor global sehingga mendukung kenaikan nilainya.
Yang kedua, Reksa Dana Saham. Meski pasar saham masih sangat bergejolak, namun ada peluang naik yang menarik bila kondisi resesi global sudah lewat. Jadi, kita tetap terlibat pada instrumen saham, agar tidak ketinggalan kesempatan yang bisa kita dapatkan.
Terakhir, Reksa Dana Pasar Uang. Mengapa terakhir? Karena RDPU bertujuan menjaga uang kita saat instrumen lainnya sedang tidak menarik. Namun, melihat kesempatan yang ada pada RDO & RDS saat ini, maka RDPU kita manfaatkan untuk menyimpan sebagian uang yang mungkin kita butuhkan secara cepat dan harus mudah dicairkan.