Dibalik Stimulus Ekonomi Pemerintah: Adakah Ancamannya?

stimulus pemerintah.jpg

Pemerintah Indonesia merencanakan stimulus sebesar Rp 695 Triliun demi mengatasi wabah Covid-19 dan memulihkan perekonomian. Stimulus memang bisa berdampak positif ke depan, namun stimulus yang berlebihan berpotensi membawa dampak negatif. Anggaran stimulus pemerintah naik dari Rp 405 Triliun menjadi Rp 641 Triliun. Stimulus ini diperkirakan sebesar 5% dari PDB (Produk Domestik Bruto / GDP)  Indonesia.

Namun, dengan stimulus sebesar itu, pemerintah harus menghadapi defisit anggaran yang lebih besar lagi. Menteri Keuangan memperkirakan bahwa defisit anggaran bisa mencapai 6,34% dari PDB, padahal sebelumnya ditargetkan hanya 5,07%.

Dengan adanya defisit anggaran, otomatis pemerintah Indonesia perlu menutupinya dengan menambah utang. Per Juni 2020, utang pemerintah sudah mencapai 32% dari PDB, dan diperkirakan meningkat jadi sekitar 40% PDB di akhir 2020.

Naiknya utang pemerintah tentu akan menambah beban pembayaran utang di masa depan. Skenario terburuk adalah bila masih ada pembatasan sosial yang menghambat ekonomi untuk bergerak kembali. Ekonomi yang terhambat membuat pemerintah mengalami kekurangan penerimaan pajak, namun harus menutupi defisit dengan penambahan utang lebih banyak untuk menjalankan stimulus.

Kondisi ini memperburuk prospek perekonomian Indonesia dan berpotensi mengurangi minat investor untuk berinvestasi di pasar Indonesia. Akhirnya,nilai tukar Rupiah bisa melemah dan membuat pasar keuangan dalam negeri kurang bergairah kedepannya. Maka itu, bertambahnya stimulus bisa jadi pedang bermata dua. 

Apakah masih boleh menambah investasi?

Kondisi yang masih mengkhawatirkan saat ini tidak akan berlangsung terus, meski jalan menuju pemulihan tampaknya masih panjang. Ingat, proses penemuan vaksin masih dijalankan dan memberikan harapan kedepannya. Maka, masih boleh tetap melakukan investasi asalkan tahu bagaimana cara terbaik untuk memitigasi risikonya.

Salah satu cara memitigasi risiko adalah dengan menyebar dana investasi ke berbagai jenis instrumen investasi. Saat ini, kamu bisa menggunakan fitur Robo Advisor pada aplikasi Bibit yang sudah menyebar investasi kamu berdasarkan profil risiko dan tujuan investasi. Kamu bisa pelajari soal Robo Advisor di sini.

Menambah investasi di saat pasar sedang terpuruk juga bisa lebih menguntungkan, dimana kamu bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Berdasarkan sejarah jangka panjang, pasar akan selalu naik setelah adanya penurunan. Ini artinya bila kamu tambah investasi sekarang, maka potensi keuntungan akan lebih besar di saat pasar naik nanti.