Beberapa bank regional Amerika Serikat (AS) menghadapi krisis. Mulai dari Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, Silvergate Bank, dan yang terbaru adalah First Republic Bank. Kondisi ini tak heran membuat investor cemas dan bertanya-tanya: apakah ini awal dari krisis keuangan? Lalu, bagaimana dengan kondisi keuangan di Indonesia?
Awal Mula Krisis Perbankan AS
Kita mulai dengan kilas balik krisis perbankan AS yang mencuat pada Maret 2023. Ini terjadi sebagai dampak dari suku bunga AS yang naik secara agresif dalam setahun terakhir dan adanya kekhawatiran resesi di Negeri Paman Sam.
Silicon Valley Bank menjadi bank regional pertama yang menjadi ‘korban’ dari kenaikan suku bunga tinggi hingga menyebabkan ketakutan bagi investor. Bahkan kegagalan tersebut menjadi yang terbesar melanda Amerika Serikat sejak krisis keuangan di 2008.
Dan baru-baru ini, kolaps kembali terjadi pada First Republic Bank. Dari berita CNBC, bank ini secara resmi dinyatakan bangkrut setelah Federal Deposit Insurance Corporation mengumumkan penutupan bank pada 1 Mei 2023. First Republic menjadi bank terbesar kedua yang mengalami kegagalan dalam sejarah perbankan AS.
Bagaimana dengan Dampaknya Terhadap Indonesia?
Mengutip dari CNN, meskipun ada krisis perbankan di AS namun Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis dengan perbankan Indonesia yang akan tetap tangguh. Menurut Perry, perbankan Indonesia tetap kuat karena didukung faktor keuangan di dalam negeri yang terkendali dengan baik.
Lalu berdasarkan data Bloomberg per April 2023, ekspektasi probabilitas atau kemungkinan resesi ekonomi di Indonesia dalam 12 bulan ke depan berada di angka 2%. Ini jauh lebih rendah dibandingkan ekspektasi probabilitas atau kemungkinan resesi ekonomi di Amerika Serikat yang mencapai 65%!
Situasi Makroekonomi Indonesia yang Mendukung
Optimisme tidak terdampaknya Indonesia dari krisis perbankan AS hingga probabilitas resesi ekonomi yang rendah bukan tanpa alasan. Berbagai data ekonomi dalam negeri menunjukkan hasil yang baik.
Contohnya, Indonesia mencatatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 5,03% YoY pada kuartal pertama 2023 (vs. Kuartal-IV 2022: 5,01% YoY). Realisasi ini menandakan pertumbuhan tahunan beruntun ke delapan kalinya sejak kuartal-II 2021.
Inflasi Indonesia juga semakin melandai, di mana inflasi tercatat 4,33% YoY per April 2023 (vs. Maret 2023: 4,97% YoY). Angka ini sekaligus mencatatkan tingkat inflasi tahunan terendah Indonesia dalam 11 bulan terakhir.
Selain itu, dari segi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di April 2023 mengalami peningkatan menjadi 126,1 (vs. Maret 2023: 123,3) sekaligus menjadi level IKK tertinggi sejak Juni 2022.
Jadi, Investor Harus Apa?
Dengan berbagai data ekonomi Indonesia yang mendukung, maka investor dalam negeri tak perlu merasa panik dengan isu global yang terjadi di perbankan AS.
Investor bisa terus melanjutkan investasinya, alias stay invested atau bahkan menambahkan alokasi investasi untuk potensi imbal hasil yang maksimal. Salah satu aset investasi yang bisa dipertimbangkan Reksa Dana Obligasi. Instrumen ini cocok untuk investor dengan tujuan keuangan jangka menengah hingga panjang lebih dari 5 tahun ataupun profil risiko yang moderat.
Berikut ini adalah performa beberapa produk Reksa Dana Obligasi di Bibit:
Selain Reksa Dana Obligasi, pilihan aset yang bisa dipertimbangkan juga adalah Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Seri ST010 yang sedang dalam masa penawaran mulai dari 12 Mei 2023 hingga 7 Juni 2023!
ST010 memiliki 2 tipe, pertama yaitu ST010-T2 dengan imbal hasil kupon minimal 6,25% per tahun dengan tenor 2 tahun. Lalu ada ST010-T4 dengan imbal hasil kupon minimal 6,40% per tahun dengan tenor 4 tahun!
Perhatikan perbedaan dari kedua tipe ST010 pada tabel berikut:
Jadi buat kamu yang tertarik untuk mendapatkan passive income dari kupon yang dibagikan setiap bulan, ST010 bisa jadi pilihan investasimu! Selain itu, ST010 juga cocok untuk investor yang memiliki preferensi investasi syariah.
Baca Juga: Simulasi Imbal Hasil ST010, Passive Income hingga Rp47 Juta per Bulan
Tertarik investasi di ST010? Kamu bisa membelinya melalui aplikasi Bibit! Ada promo cashback hingga Rp7,5 juta lho! Cek selengkapnya di sini!
Writer: Investment Research Team
Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual aset investasi tertentu.