Inflasi Oktober Capai 5,71%, Ini Cara Aman Atasinya dengan Berinvestasi!

Sepuluh ribu rupiah hari ini tidak akan sama nilainya 10 tahun yang akan datang lantaran adanya inflasi. Untuk menyelamatkan nilai uangmu, kamu mesti berjaga-jaga dan tahu pengaruh inflasi terhadap investasi. Sebelumnya, mari cari tahu update mengenai inflasi di bulan Oktober 2022 ini!

Update Inflasi Oktober 2022

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami inflasi sebesar 1,66 persen pada Oktober 2022 (month-to-month/mtm). Kondisi ini membuat laju inflasi secara tahunan sudah menembus 5,71% (year-on-year/yoy). Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, dalam keterangan resminya, pada Oktober 2022 terjadi inflasi 5,71% dibandingkan inflasi tahunan September sebesar 5,95%.

Meskipun angka inflasi menurun, namun sayangnya penghasilan kita masih relatif flat dan belum ada kenaikan, sehingga nilai uang menjadi tergerus.

Buat kamu yang belum mengerti apa itu inflasi, sederhananya inflasi diartikan sebagai keadaan di mana uang yang kita miliki mengalami penurunan nilai yang menyebabkan harga barang atau jasa terus naik.

Sebagai contoh, pada tahun 2010 harga telur ayam seberat 1 kg sekitar Rp15.000 saja, namun 12 tahun kemudian atau pada saat ini harganya sekitar Rp25.000 - Rp30.000. Ini artinya kita harus menambah pengeluaran menjadi Rp10.000 - Rp15.000 untuk membeli 1 kg telur ayam yang sama, kenaikan harga inilah yang disebut inflasi. Lalu, bagaimana cara kita untuk melawan inflasi?

Lawan Inflasi dengan Investasi

Banyak strategi yang dapat kita tempuh untuk melindungi nilai uang terhadap inflasi, tetapi kamu harus mempertimbangkan semua strategi atau melakukan diversifikasi portofolio investasi agar dapat efektif.

Kamu perlu investasi yang dapat mengalahkan kenaikan inflasi tiap tahunnya. Karena ketika inflasi terjadi, nilai aset-aset itu pun ikut naik.

Inflasi memberi pengaruh yang sama terhadap segala jenis aset, baik likuid maupun non-likuid. Namun, aset likuid cenderung lebih rentan terhadap inflasi. Ketika inflasi tinggi, aset likuid pun mengalami kenaikan.

Demikian pula dengan investasi likuid seperti saham, obligasi, dan reksa dana. Hanya saja, investasi likuid memiliki daya tahan terhadap gempuran inflasi karena menghasilkan pengembalian dalam bentuk return (keuntungan) yang umumnya lebih tinggi daripada tingkat inflasi. 

Berinvestasi reksa dana adalah pilihan tepat untuk investor ambil di tengah kondisi perekonomian yang tidak stabil. Alasan utamanya adalah:

  1. Dalam jangka panjang dan secara historis, imbal hasil reksa dana selalu mampu mengalahkan inflasi. 

  2. Jika investasimu sudah terdiversifikasi, risiko lebih minim di tengah ekonomi yang tidak stabil. 

  3. Dikelola langsung oleh Manager Investasi (MI) yang berpengalaman.

Di aplikasi Bibit, para investor juga bisa memanfaatkan fitur Robo Advisor yang membantu untuk berinvestasi sesuai dengan profil risiko kamu. William menambahkan dalam menghadapi kondisi perekonomian yang penuh ketidakpastian, investor bisa saja memiliki toleransi terhadap risiko yang berbeda-beda. Fitur Robo Advisor membantu investor mengalokasikan uangnya sesuai dengan tujuan keuangan yang ingin mereka capai.

Di Bibit, setiap pengguna akan mendapatkan pengalaman berinvestasi yang personal sesuai dengan profil risiko, kondisi keuangan, dan tujuan keuangan yang akan kalian capai. Peran Robo Advisor hanyalah memberikan rekomendasi, namun 100% keputusan investasi ada di tanganmu.

Strategi yang akan membantumu adalah disiplin untuk membeli unit tanpa harus peduli pada kondisi ekonomi, tanpa peduli harga sedang naik atau turun. Metode ini juga dianjurkan oleh guru investasi seperti Warren Buffett.

Saran yang bisa diambil dari kondisi ekonomi Indonesia sekarang terkait investasi adalah dalam berinvestasi kita butuh pengetahuan dan pengelolaan emosi yang stabil atas pengambilan keputusan investasi. Dan juga tetap tenang dalam menghadapi kondisi perekonomian yang dinamis agar semua tujuan keuanganmu di masa depan tercapai dengan baik.