Obligasi kerap dipandang investor sebagai salah satu aset investasi yang stabil karena memiliki kupon yang ditentukan dari awal. Sehingga Reksa Dana Obligasi (RDO) pun dianggap memiliki karakteristik yang sama. Padahal sebenarnya pergerakan Reksa Dana Obligasi pun bisa turun secara temporer, lho!
Reksa Dana Obligasi pada dasarnya memiliki portofolio yang berisi minimal 80% obligasi pada efek bersifat utang atau obligasi. Ada dua jenis obligasi yang menjadi aset Reksa Dana Obligasi, yaitu obligasi korporasi dan obligasi pemerintah.
Jenis obligasi yang berbeda akan berpengaruh pada pergerakan naik dan turunnya Reksa Dana Obligasi. Hal inilah yang perlu investor ketahui supaya tidak panik ketika ada koreksi atau penurunan pada performa Reksa Dana Obligasi! Mari kita kupas di sini!
Apa Penyebab Performa Reksa Dana Obligasi Turun?
Pergerakan Reksa Dana dengan Komposisi Obligasi Korporasi
Reksa dana dengan komposisi yang didominasi oleh obligasi korporasi biasanya memiliki pergerakan seperti Reksa Dana Pasar Uang (RDPU). Pasalnya, pergerakan reksa dana obligasi korporasi biasanya relatif lebih stabil dengan kecenderungan naik ke atas.
Tapi bukan berarti Reksa Dana Obligasi korporasi memiliki tingkat risiko yang setara dengan Reksa Dana Pasar Uang. Obligasi korporasi memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan instrumen pasar uang. Coba perhatikan contoh berikut ini.
Berdasarkan Top Holdings, produk Reksa Dana Sucorinvest Stable Fund menempatkan sebagian besar asetnya (92,24%) di obligasi korporasi. Jika dilihat secara historis satu tahun, pergerakannya cenderung naik ke atas. Namun jika ditinjau dengan rentang waktu lebih singkat (misal dari awal 2023 hingga kini/YTD), terlihat sempat ada penurunan.
Jadi investor perlu memahami bahwa pergerakan Reksa Dana Obligasi korporasi juga memiliki potensi penurunan sementara meskipun dalam jangka panjang menunjukkan kenaikan. Beberapa faktor yang bisa memengaruhi performa Reksa Dana Obligasi korporasi, yakni:
Risiko gagal bayar obligasi korporasi yang cenderung lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah. Ini karena korporasi bergantung kepada kemampuan perusahaan untuk mengelola bisnisnya. Jika tak menjalankan bisnisnya dengan baik, kemungkinan gagal bayar bisa terjadi. Sehingga ketika aset obligasi korporasi di dalam reksa dana mengalami gagal bayar, maka performanya juga akan turun.
Adanya perubahan credit rating pada obligasi korporasi. Secara teori, jika peringkat obligasi korporasi diturunkan (misal dari rating idA- ke rating idBBB+) maka harga obligasi pun juga akan turun, seiring dengan kenaikan yield. Karena harga obligasi turun, maka hal ini berpotensi memberikan dampak pada penurunan performa Reksa Dana Obligasi.
Sehingga sebagai investor, penting juga untuk melihat credit rating dan profil perusahaan obligasi dalam portofolio Reksa Dana Obligasi yang dipilih. Cari tahu mana obligasi korporasi yang memiliki credit rating “investment grade” dan juga kinerja perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan gambaran akan kemampuan perusahaan dalam membayar obligasi (utang).
Pergerakan Reksa Dana dengan Komposisi Obligasi Pemerintah
Jika melihat reksa dana obligasi pemerintah, pergerakannya memang cenderung lebih fluktuatif dibanding obligasi pemerintah. Lihat contoh produknya berikut ini.
Dari Top Holdings, produk reksa dana ABF Indonesia Bond Index Fund menempatkan asetnya 100% di obligasi pemerintah. Dilihat baik secara historis dari satu tahun dan year to date, fluktuasinya lebih tinggi dibandingkan obligasi korporasi. Penyebabnya adalah karena permintaan dan penawaran obligasi pemerintah di pasar sekunder yang cukup tinggi.
Salah satu hal yang memengaruhi permintaan dan penawaran di pasar sekunder adalah ekspektasi investor terhadap tingkat suku bunga. Ekspektasi tersebut didorong oleh berbagai macam faktor makro ekonomi, misalnya tingkat inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa, proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (GDP) suatu negara, kebijakan pemerintah, dan masih banyak faktor lain.
Lalu, ada juga salah satu kebijakan pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) yang saat ini cukup berpengaruh terhadap pergerakan obligasi yakni “operation twist”. Melalui strategi ini, BI melepas obligasi pemerintah tenor pendek ke pasar sekunder. Jadi yield obligasi jangka pendek meningkat dan bisa menarik minat investor asing.
Hal ini membuat yield obligasi jangka panjang jadi tertekan. Ini juga berdampak pada obligasi korporasi yang memiliki risiko lebih tinggi daripada obligasi pemerintah menjadi kurang menarik. Namun, pengaruh ini biasanya bersifat temporer saja dan diakibatkan pengaruh eksternal (BI effect).
Kenali Aset Investasi dengan Baik
Dengan mengenal jenis obligasi dari produk Reksa Dana Obligasi yang dipilih, kamu bisa lebih memahami risiko dan cara kerja aset investasinya dengan lebih baik. Jadi tidak perlu panik jika performa Reksa Dana Obligasi menurun, karena sudah paham karakteristik aset di dalam portofolionya.
Obligasi pemerintah cenderung fluktuatif, namun obligasi pemerintah risikonya lebih rendah dari gagal bayar karena dijamin lewat Undang-Undang (UU). Di sisi lain, obligasi korporasi mungkin memang terlihat lebih stabil dan terus meningkat, tapi jangan lupa juga risikonya, seperti risiko gagal bayar.
Setiap instrumen pasti memiliki kelebihan dan risiko masing-masing. Jadi sesuaikan lagi dengan profil risiko dan juga jangka waktu investasimu!
Writer: Tim Edukasi