Suku Bunga BI Tinggi, Investor Untung atau Rugi?

Bank Indonesia (BI) secara kumulatif telah menaikkan BI7DRR sebesar 225 bps (2,25%) hingga berada di level 5,75% sejak Agustus 2022 sampai Mei 2023. Dengan begitu, posisi suku bunga acuan sekarang lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi di level 4,5% per Maret 2020.

Biasanya, level suku bunga yang tinggi sering dipersepsikan memiliki dampak negatif bagi investasi. Suku bunga tinggi umumnya terjadi ketika inflasi tinggi dan diiringi dengan kenaikan bunga pinjaman. Hal ini menyebabkan tekanan pada daya beli masyarakat, sehingga porsi alokasi investasi pun mengecil.

Namun di sisi lain, suku bunga tinggi juga dapat memberikan berbagai peluang bagi investor. Kok bisa? Mari kita bahas bagaimana kamu dapat memaksimalkan hasil investasi di tengah tingginya suku bunga.

Potensi Return Lebih Tinggi untuk Instrumen Rendah Risiko

Ketika suku bunga sedang rendah, investor umumnya mengalokasikan investasi pada aset-aset yang cenderung berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan imbal hasil yang optimal. Namun sebaliknya, ketika suku bunga BI tinggi, investor tidak perlu mengambil risiko yang lebih besar dan dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di instrumen yang cenderung berisiko rendah.

Sebagai contoh, surat utang (obligasi) yang diterbitkan pemerintah ketika suku bunga tinggi akan menawarkan tingkat kupon yang lebih tinggi juga. Ini tentu menjadi daya tarik, terutama bagi investor yang ingin mendapatkan sumber penghasilan pasif (passive income). Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk membeli produk Surat Berharga Negara (SBN) Ritel seperti ORI, SBR, ST, atau SR pada masa penawarannya.

Kesempatan Membeli Aset Berkualitas pada Harga Lebih Rendah

Kenaikan suku bunga biasanya memiliki dampak negatif bagi pergerakan harga pada beberapa jenis instrumen investasi. Namun, bagi seorang investor cerdas dan berorientasi pada investasi jangka panjang, hal ini justru dapat menjadi peluang untuk melakukan akumulasi pembelian aset berkualitas tinggi pada harga yang lebih rendah.

Kita ambil contoh pada pergerakan harga saham. Naiknya suku bunga berpotensi menyebabkan beban bunga pinjaman meningkat, di mana hal ini dapat menekan profitabilitas atau laba bersih pada suatu emiten.

Bila hal ini terjadi, maka harga saham emiten tersebut berpeluang untuk mengalami koreksi. Hal ini biasanya dapat dimanfaatkan investor untuk ‘memburu’ saham-saham emiten yang memiliki fundamental kuat pada harga lebih rendah.

Jenis aset lain yang umumnya terdampak kenaikan suku bunga adalah obligasi yang sudah terbit sebelumnya (existing bonds). Ketika suku bunga naik, maka obligasi penerbitan baru akan menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

Hal ini akan mengakibatkan existing bonds menjadi kurang atraktif dan harganya turun. Kondisi ini dapat dimanfaatkan investor untuk membeli obligasi yang harganya tengah koreksi. Ketika ekspektasi suku bunga telah mencapai puncak, maka biasanya harga obligasi cenderung kembali naik.

Salah satu jenis obligasi yang bisa kamu pertimbangkan adalah Obligasi FR (Fixed Rate), yaitu Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan Pemerintah Indonesia dengan kupon bersifat tetap. Jenis obligasi ini terbilang cukup aman karena pengembalian investasi yang dijamin negara melalui undang-undang.

Potensi Masuknya Aliran Dana Asing

Suku bunga yang tinggi dapat memicu masuknya aliran dana asing (capital inflow) ke suatu negara. Sebagai negara yang termasuk dalam kategori emerging market dengan predikat investment grade (layak investasi), Indonesia menjadi salah satu tempat investasi yang menarik bagi investor asing. Ketika dana asing masuk, maka biasanya akan ditempatkan dalam berbagai instrumen seperti saham dan obligasi, sehingga berpotensi untuk memiliki dampak positif pada pergerakan harganya.

Berdasarkan data Bloomberg hingga 12 Juni 2023 (year to date), jumlah aliran dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia mencapai Rp85,2 triliun, yang terbagi dalam Rp65,5 triliun pada pasar obligasi dan Rp19,7 triliun pada pasar saham. Selain itu, masuknya dana asing juga dapat berimbas pada penguatan nilai tukar Rupiah. Hal ini berpotensi memberikan efek positif bagi fundamental ekonomi Indonesia, yang dapat berujung pada membaiknya iklim investasi.

Kesimpulan

Meski suku bunga tinggi umumnya identik dengan persepsi negatif bagi investasi, kondisi ini masih dapat memberikan beberapa manfaat bagi investor antara lain:

  • Suku bunga tinggi memberikan peluang bagi investor untuk mendapatkan potensi return lebih tinggi dengan berinvestasi pada instrumen berisiko lebih rendah.

  • Ketika terjadi koreksi harga pada instrumen tertentu seperti saham berfundamental baik atau obligasi pemerintah yang sudah terbit sebelumnya, maka investor dapat mempertimbangkan untuk membeli pada harga lebih rendah.

  • Suku bunga tinggi dapat memicu masuknya aliran dana asing yang berpotensi memiliki dampak positif bagi instrumen investasi pada negara tersebut.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan juga bahwa salah satu aset investasi yang bisa dilirik saat ini adalah obligasi. Reksa Dana Obligasi pun dapat dipertimbangkan karena menempatkan asetnya minimal 80% di aset surat utang (obligasi).

Berikut ini adalah gambaran performa produk Reksa Dana Obligasi di aplikasi Bibit yang menempatkan mayoritas asetnya di obligasi pemerintah.

Saat ini, di Bibit kamu juga bisa coba berinvestasi di berbagai macam aset! Upgrade akun kamu ke Bibit Plus sekarang. Tersedia berbagai macam instrumen mulai dari reksa dana, obligasi SBN Ritel dan FR, hingga saham hanya dalam satu aplikasi. Jangan lupa sesuaikan dengan tujuan dan kemampuan keuangan supaya investasi yang dilakukan lebih optimal!

Writer: Investment Research Team

Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual reksa dana/produk tertentu.