Bibit Catch Up 19 Maret 2023: BI Tahan Suku Bunga Acuan 2 Bulan Berturut-turut di Level 5,75% pada Maret 2023

Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75%. Ini merupakan kedua kalinya bank sentral menahan suku bunga sejak Februari 2023. 

Dengan keputusan ini, maka suku bunga deposit facility tetap 5% dan suku bunga lending facility tetap 6,5%. 

BI berharap keputusan ini dapat membuat inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3% plus minus 1% pada semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke level 3% plus minus 1% pada semester II 2023. 

Sebagai informasi, inflasi RI tercatat 5,47% secara tahunan (YoY) per Februari 2023. Angka itu naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 5,28% YoY. 

🇮🇩 Kabar Indonesia Lain yang Perlu Kamu Simak Pekan Ini:

  1. Neraca perdagangan RI surplus US$5,48 miliar pada Februari 2023. Rinciannya, ekspor RI sebesar US$21,4 miliar dan impor sebesar US$15,92 miliar. 

  2. Pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) baru bagi beras kualitas medium dan premium. HET beras dipatok mulai dari Rp10.900 per kg sampai Rp14.800 per kg. 

  3. Pemerintah mengizinkan eksportir memotong upah pekerjanya maksimal 25%. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 5 Tahun 2023 tentang Penyesuaian Waktu Kerja dan Pengupahan Pada Perusahaan Industri Padat Karya Tertentu Berorientasi Ekspor yang Terdampak Perubahan Ekonomi Global.

🌍Kabar Luar Negeri Pekan Ini:

  1. Inflasi Amerika Serikat (AS) tercatat 6% YoY pada Februari 2023. Angka itu turun dari bulan sebelumnya yang tembus 6,4% YoY. 

  2. Inflasi Argentina tembus 100% pada Februari 2023. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak hiperinflasi pada 1990-an atau tiga dekade lalu. 

  3. Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) memperkirakan ekonomi Asia lebih kuat tahun ini. Pembukaan kembali ekonomi China akan memberikan dampak positif bagi seluruh negara di Asia. 

Summary:

Secara teori, jika BI menahan suku bunga acuan, maka yield berpotensi turun dan harga obligasi berpotensi meningkat. Kondisi ini membuat instrumen obligasi semakin menarik. 

Kamu bisa memanfaatkan situasi ini untuk investasi di Reksa Dana Obligasi. Reksa dana tersebut menempatkan 80% asetnya di surat utang (obligasi), baik obligasi pemerintah maupun korporasi.

Tingkat risiko instrumen ini lebih tinggi dari Reksa Dana Pasar Uang, namun lebih rendah dari Reksa Dana Saham. Instrumen ini cocok untuk kamu yang memiliki tujuan keuangan jangka menengah 1-5 tahun. 

Writer: Tim CRM

Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual reksa dana/produk tertentu.