Tahun 2022 tinggal hitungan hari, namun investor sudah bersiap menghadapi market di tahun depan. Agar bisa menyiapkan strategi investasi di tahun depan, Bibit baru saja menggelar event "Market Outlook 2023: Fund Managers Answer". Berikut ini rangkumannya.
1. Dimas Yusuf, Head of Fixed Income & Money Market Sucorinvest Asset Management
Flashback 2022
Tahun 2022 diakui sebagai tahun di mana kondisi pasar obligasi terkoreksi cukup dalam secara global.
Namun, untuk reksa dana Sucorinvest yang dikelolanya, Dimas quite happy dengan performanya. Hal ini juga karena pasar obligasi Indonesia masih performing very well, baik untuk obligasi pemerintah maupun korporasi.
Market Outlook 2023
Reksa dana fixed income (obligasi) dan money market (pasar uang) terlihat positif pada 2023 dan ‘should be better’ dibandingkan 2022. Pasalnya, pasar obligasi di Indonesia masih memiliki real yield* yang positif dan didukung neraca dagang dan neraca pembayaran yang kuat. Sehingga pasar obligasi Indonesia memiliki risiko downside yang terbatas dengan upside cukup besar. Meski begitu, volatility dalam short term horizon diekspektasi masih akan cukup tinggi.
Sucorinvest Asset Management secara umum akan tetap konsisten dengan strategi yang telah diterapkan sebelumnya yakni menyesuaikan masing-masing produk karena telah disesuaikan dengan kebutuhan nasabah.
Untuk produk reksa dana obligasi, contohnya adalah Sucorinvest Stable Fund dan Sucorinvest Sharia Sukuk Fund, akan tetap fokus di obligasi dan sukuk korporasi. Obligasi yang dicari untuk portofolio reksa dana ini adalah obligasi yang jatuh tempo maksimum 3 tahun dari pembelian. Hal ini karena target durasi** dari reksa dana ini adalah 2,05-2,20.
Untuk produk reksa dana pasar uang (RDPU), contohnya Sucor Money Market Fund dan Sucor Sharia Money Market Fund, porsi di deposito mungkin akan meningkat, dengan catatan tingkat bunga yang ditawarkan bank sudah cukup menarik dibandingkan dengan obligasi atau sukuk pemerintah.
Target untuk 2023: hasil dari deposito dan deposito syariah dapat meningkat. Sehingga RDPU ditargetkan dapat lebih tinggi sedikit dibandingkan performa 2022, mudah-mudahan bisa 25 basis poin atau maksimum hingga 50 basis poin. Jika semua bergerak sesuai asumsi saat ini.
2. Kartika Sutandi, CFA (Tjoe Ay), Partner & CMO Jarvis Asset Management
Flashback 2022
Dengan porsi kas di atas 50% sepanjang tahun, Jarvis hanya berinvestasi separuh selama 2022. Tjoe Ay mengakui bahwa kinerja Jarvis cenderung underperformed. Pasalnya, tahun ini banyak hal yang tidak bisa diprediksi. Mulai dari konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta sentimen kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS The Fed.
Meskipun di tahun ini 'made a lot of mistakes', namun secara internal sudah mengubah strategi dan built up database untuk menghadapi tahun 2023 yang diprediksi bisa menjadi lebih baik.
Market Outlook 2023
Cenderung balanced dan berhati-hati. Hal ini karena:
Tahun 2023 adalah tahun menjelang pemilu di 2024, dimana ada risiko dari noise of politics.
Selain itu, keadaan suku bunga tinggi menyebabkan strategi bottom up (stock picking) lebih diperlukan.
Tema pada 2023 adalah mencari yield dan cushion.
Beberapa sektor saham yang menurutnya menarik di tahun 2023 adalah:
Perbankan
Retailer
Metal (Logam) - aluminium
Disclaimer: Meskipun menjanjikan, perlu diperhatikan bahwa tidak semua saham di sektor ini dapat menjadi pilihan.
3. Rizki Ardhi,CFA, Sr Equity Fund Manager Eastspring Investments
Flashback 2022
Banyak sekali perubahan di tahun 2022. Contohnya, tahun lalu saham di sektor teknologi dan bank digital sangat diminati. Namun, saat ini turun cukup banyak hingga kesulitan untuk menggalang dana. Selain itu sektor batu bara dari yang tidak diminati, saat ini menjadi salah satu sektor yang performanya gemilang.
Terjadi perubahan situasi begitu cepat. Realita Zero Interest-Rate Policy (suku bunga rendah) ada batasnya dan berbalik arah menjadi inflasi. “Fund performer (MI), cenderung melakukan diversifikasi termasuk ke Big Cap. Dengan IHSG naik, kami happy. Selalu ada ruang perbaikan dan kinerja kami berada di top kuartil,” katanya.
Market Outlook 2023
Cukup optimis dan positif, didorong momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia
Ekonomi akan lebih lemah, terutama di negara G10. Namun ekonomi negara berkembang kemungkinan akan berakselerasi
Less inflation: tahun depan narasi dapat berubah cepat, dari tahun 2022 yang fokus terhadap inflasi tinggi, di 2023 berpotensi menjadi disinflasi. Jika ini terjadi, dapat membuka ruang bagi bank sentral (termasuk BI) untuk tidak membatasi pertumbuhan.
Risiko: IHSG dan rupiah sudah outperform signifikan, sehingga risiko rotasi dapat terjadi. Namun, pasar saham berkorelasi positif terhadap pertumbuhan laba, dan diproyeksikan laba pada 2023 masih akan bertumbuh karena adanya stabilitas makroekonomi.
Beberapa sektor yang dinilai menarik pada 2023
Perbankan
Consumer
Telekomunikasi
Energi & pendukungnya
Ingin mendengarkan penjelasan selengkapnya?
Glossary
* Real yield: yield (tingkat pengembalian/return) sebenarnya yang sudah disesuaikan dengan inflasi, yaitu yield obligasi dikurangi dengan tingkat inflasi. Hal ini dapat menunjukan tingkat peningkatan purchasing power secara riil, setelah terkena efek inflasi.
** Durasi atau duration: durasi dari sebuah portofolio obligasi, mempengaruhi sensitivitas dari portofolio obligasi tersebut terhadap pergerakan suku bunga. Semakin tinggi durasi suatu obligasi semakin sensitif terhadap perubahan suku bunga
Disclaimer: Bukan rekomendasi untuk jual/beli reksa dana/saham tertentu. Hanya untuk tujuan edukasi