Market Rebound ≠ Risk-Free: Keep Diversifying to Strengthen Your Portfolio

Market Rebound ≠ Risk-Free

Saat pasar rebound, bukan berarti market sudah aman. Banyak investor yang sering tergoda untuk “all-in” saat melihat pasar saham mulai naik lagi. Tapi perlu diingat juga bahwa market rebound ≠ bebas risiko.

Data historis menunjukkan bahwa dalam beberapa periode kenaikan yang terjadi di IHSG, penurunan tetap terjadi dalam jangka pendek.

Performa IHSG dalam 10 Tahun Terakhir

Data per Juli 2015 - Juni 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja masa depan

Source: Bloomberg.

Rebound bisa menjadi awal tren positif, namun koreksi pada market juga tidak bisa diprediksi. 

Stay Diversified = Portofolio Optimal Tanpa Panik Saat Market Terkoreksi

“You can’t predict. You can prepare.”

Ini adalah kutipan dari Howard Marks—seorang fund manager ternama dengan aset kelolaan lebih dari US$203 miliar (per 31/3/2025) dan pengalaman investasi lebih dari 40 tahun. Pendekatan investasi Marks berfokus untuk mengoptimalkan potensi imbal hasil, namun tetap meminimalkan potensi penurunan pada portofolio ketika market koreksi.

Diversifikasi bisa menjadi salah satu cara untuk mengantisipasi pergerakan market yang tak pasti. Jika salah satu aset mengalami koreksi, maka aset lainnya bisa tetap menopang kinerja portofolio kamu. 

Sebagai gambaran, berikut ini adalah grafik perbandingan performa investasi 100% di saham dengan diversifikasi investasi menggunakan strategi 60/40 (60% di saham dan 40% di obligasi). 

Perbandingan Performa Portofolio 100% di Saham vs Strategi Alokasi 60/40 Saham & Obligasi

Source: Bloomberg, data per Juli 2015 - Juni 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja masa depan. SRI-KEHATI adalah indeks yang mengukur kinerja 25 perusahaan berkelanjutan dengan fokus pada aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Strategi 60/40 dengan saham di indeks SRI KEHATI dan obligasi di ABF Indonesia Bond Index Fund.

Dari grafik di atas, kinerja portofolio dengan strategi alokasi 60/40 (60% saham, 40% obligasi) lebih unggul dibandingkan portofolio 100% saham. Terlihat ketika terjadi koreksi market akibat Covid-19 di 2020, penurunan portofolio 60/40 tidak sedalam portofolio 100% saham. Namun, saat market rebound, portofolio 60/40 tetap mampu mencatatkan pertumbuhan yang optimal. 

Ini karena adanya alokasi obligasi pada portofolio 60/40 yang membantu meredam penurunan saat pasar saham jatuh. Lalu ketika market rebound, alokasi saham bisa mendorong kinerja portofolio dengan optimal. 

Diversifikasi ke Obligasi Negara SR022 untuk Stabilkan Portofolio 

SBN Ritel seri SR022 bisa menjadi pilihan dengan fixed rate return—imbal hasil yang pasti stabil hingga jatuh tempo. SR022 bisa bantu menopang kinerja portofolio kamu agar lebih stabil dengan kepastian return. 

Saat ini, SR022 tercatat sebagai seri Sukuk Ritel dengan return tertinggi dalam 5 tahun terakhir atau sejak 2020. Ini jadi momentum untuk kunci imbal hasil yang masih menarik. 

Ada 2 tipe tenor yang bisa kamu pilih dengan masa penawaran yang berakhir di 18 Juni 2025 pukul 12.00 WIB:

  • SR022-T3: tenor 3 tahun dengan imbal hasil fixed rate 6,45% per tahun

  • SR022-T5: tenor 5  tahun dengan imbal hasil fixed rate 6,55% per tahun

Return SR022 cair setiap bulan tanggal 10, bisa menjadi sumber passive income yang rutin.

Reksa Dana Obligasi Negara untuk Risiko Lebih Moderat

Performa Reksa Dana Obligasi secara historis konsisten naik dengan drawdown (penurunan) yang masih lebih moderat dibanding aset saham sehingga dapat menopang kinerja portofolio dalam jangka panjang. 

Data per 11 Juni 2025 

Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan

Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.