Setiap orang yang berinvestasi tentu ingin mendapatkan keuntungan. Apalagi kebanyakan informasi mengenai investasi, lebih banyak mengedepankan imbal hasil atau return daripada risikonya (risk). Tapi nyatanya banyak yang melupakan bahwa menjaga pertumbuhan portofolio investasi juga memerlukan skill meminimalisir risiko. Bukan hanya terus berfokus untuk mendapat return selangit. Itulah sebabnya kita akan bahas mengenai risiko kali ini.
Risiko Investasi itu Nyata
Kenapa risiko itu nyata? Karena dampak risiko itu lebih nyata daripada yang terlihat. Howard Marks dalam bukunya “The Most Important Thing” menyebutkan bahwa risiko investasi yang nyata adalah ketika uangnya berkurang, berefek juga pada psikologis seseorang. Orang-orang yang pernah mengalami uangnya berkurang karena kerugian investasi. Apalagi ketika kerugian itu terealisasi, seringkali merasakan dampak negatif yang lebih besar dari sekadar kehilangan uang.
Salah satu dampak risiko investasi yang dituliskan oleh Howard Marks adalah tidak tercapainya tujuan keuangan, di mana bisa berakibat pada hal-hal psikologis lain. Misalnya kalau tujuan keuangannya membeli rumah, tapi malah mengalami kerugian investasi, maka rumahnya tidak jadi dan bahkan kapok untuk investasi.
Contoh lain, punya tujuan untuk menikah atau dana pendidikan, lalu mengalami kerugian saat dana ingin dicairkan sehingga tidak punya uang yang cukup. Pasti kebayang kan, bagaimana hal tersebut bisa berdampak juga pada sisi psikologis?
Oleh karena itu penting untuk menyadari risiko apa saja yang bisa terjadi saat berinvestasi dan bagaimana cara kita menguranginya. Ini bukan berarti kita jadi menakut-nakuti diri sendiri atau berpikiran negatif, tetapi justru menjadi efek positif karena kita jadi bisa berinvestasi dengan lebih tenang dengan mengetahui return dan risk-nya.
Memahami Risiko Investasi
Seringkali kita mendengar “high risk, high return”. Berarti dengan instrumen investasi yang berisiko lebih tinggi, kita akan mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi. Padahal kenyataannya tidak selalu seperti ini.
Kalau mengatakan high risk high return, maka hasil grafiknya akan menjadi garis lurus seperti pada gambar di atas. Jadi kita merasa bahwa dengan risiko yang lebih tinggi, kita akan mendapatkan kepastian return yang lebih tinggi.
Padahal gambar yang sebenarnya adalah seperti yang di bawah ini.
Jika kita mengatakan bahwa risiko investasinya lebih tinggi, maka potensinya yang akan makin melebar. Artinya, keuntungan investasi tersebut masih merupakan potensi, bukan sesuatu yang pasti sehingga ada juga potensi untuk mengalami kerugian lebih dalam ketika risikonya lebih tinggi. Oleh karena itu lebih tepat jika kita mengatakan bahwa high risk, high expected return.
Dengan memahami risiko ini, kita semakin paham bahwa risiko investasi itu adalah hal yang pasti, tapi keuntungan adalah sebuah potensi yang berhubungan erat dengan ekspektasi. Jadi, penting bagi kita untuk mengantisipasi risiko daripada hanya mengejar keuntungan.
Setelah memahami risiko, sekarang yang pertanyaan utamanya adalah bagaimana cara supaya kita bisa memitigasi atau istilah sederhananya cara mengurangi risiko investasi yang pasti ini?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan menggunakan contoh investasi reksa dana.
Bagaimana Cara Mengurangi Risiko Investasi Saat Reksa Dana Sedang Merah?
1. Miliki Mindset dan Psikologi Berinvestasi yang Benar
Risiko investasi reksa dana yang sering kali membuat orang takut atau was-was adalah ketika melihat nilai unit reksa dana sedang turun atau merah yang bisa mengakibatkan kita mengalami kerugian secara nyata.
Tapi harus diingat bahwa ketika reksa dana sedang merah, kita belum mengalami kerugian sebenarnya (unrealized loss) selama belum mencairkan unit reksa dananya . Tapi jika kita cairkan, baik karena efek psikologi atau karena memang membutuhkan dananya, maka kerugian itu menjadi nyata. Ini yang dampaknya bisa dirasakan bahkan berefek kepada psikologis, sehingga kapok atau enggan untuk berinvestasi lagi.
Oleh karena itu jangan cepat panik dan menjual reksa dana kita ketika sedang merah. Tapi miliki cara pandang bahwa kerugian itu belum terealisasikan dan berpotensi untuk kembali untung dalam jangka panjang.
2. Perpanjang Jangka Waktu Investasi dan Tetap Nabung Rutin
Sebenarnya cara paling ampuh untuk mengurangi risiko adalah dengan berdiversifikasi. Tapi seperti yang sudah ketahui, bahwa reksa dana adalah instrumen yang aset dasarnya sudah terdiversifikasi alias dana pada reksa dana diinvestasikan tidak pada satu instrumen investasi saja.
Oleh karena diversifikasi sudah menjadi bagian dari reksa dana, jadi ketika reksa dana sedang merah, sebenarnya yang kita butuhkan adalah waktu untuk menunggu nilai unit reksa dana tersebut naik kembali sambil tetap berinvestasi. Ini yang biasa kita sebut dengan dollar cost averaging (DCA) atau nabung rutin. Ini adalah strategi pertama yang bisa dilakukan. Menunggu dan tetap melakukan nabung rutin.
Baca Juga: Capai Impian dengan Nabung Rutin, Apa Bisa? Ini Strateginya!
Tapi bagaimana jika ternyata kita membutuhkan uang tersebut dalam waktu dekat tapi sedang merugi? Nah, sebenarnya jika dana di dalam investasi tersebut dibutuhkan dalam waktu dekat, maka seharusnya dana tersebut dipindahkan ke instrumen yang rendah risiko seperti Reksa Dana Pasar Uang.
Tetapi jika memang kita belum memindahkannya dan sekarang sedang rugi, ada dua hal yang mungkin bisa dilakukan:
1) Menggunakan dana darurat yang sudah ada untuk sementara waktu sampai nilai unit kembali pulih atau
2) Menggunakan aset investasi dengan kerugian terkecil sehingga setidaknya kerugiannya tidak sampai membuat kita kapok berinvestasi.
Maka jika ingin berinvestasi di instrumen yang tinggi risiko, milikilah dana darurat terlebih dahulu dan gunakanlah uang dingin yang memang tujuannya untuk diinvestasikan dalam jangka panjang.
Pahami Risiko dan Sesuaikan dengan Profil Risiko
Tidak ada investasi yang tidak memiliki risiko, Oleh karena itu kita hanya bisa mengurangi risiko, bukan menghilangkannya. Selain mengetahui risiko dari investasi tersebut, kita juga harus mengetahui profil risiko kita sebagai investor.
Coba tanyakan pada diri sendiri, apakah kamu memang mampu menanggung risiko yang akan terjadi pada saat berinvestasi di aset dengan risiko tinggi? Ketika kita bisa mengetahui profil risiko, memahami risiko investasi yang ada, dan menggunakan strategi yang tepat, maka keputusan investasi pun bisa dilakukan dengan lebih yakin dan tenang.
Writer: Tim Edukasi