Menjelang akhir kuartal 3 2020, terlihat pemulihan ekonomi baik di domestik maupun global sejak pembatasan sosial dilonggarkan di sejumlah negara beberapa bulan yang lalu. Namun, wabah yang masih melonjak baik pada domestik maupun global membuat banyak ketidakpastian.
Lockdown Berlanjut di Eropa
Setelah membaik, kasus COVID-19 di Eropa kembali merebak. Di Inggris, Spanyol, dan Prancis, kenaikan infeksi kasus harian saat ini sudah menyamai angka pada Maret lalu saat gelombang pertama, bahkan lebih tinggi.
Infeksi gelombang kedua membuat beberapa negara Eropa kembali menerapkan kebijakan lockdown hingga beberapa minggu mendatang. Bahkan, Inggris sudah menerapkan kebijakan pembatasan sosial baru yang mungkin berlangsung hingga 6 bulan ke depan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi yang diharapkan cepat terjadi sepertinya tertunda. Ini menjadi peringatan bagi negara lain bahwa penanganan kasus sulit, bahkan di negara Eropa yang memiliki fasilitas kesehatan canggih.
Naiknya Sentimen Bisnis di Asia
Survey yang dilakukan Thomson Reuters/INSEAD memperlihatkan perbaikan Asian Business Sentiment Index dari beberapa perusahaan di Asia Pasifik. Indeks ini menunjukan kenaikan dari angka 35 di kuartal 2 menjadi 54 di kuartal 3. Kenaikan ini menunjukkan optimisme perusahaan yang meningkat terhadap outlook perekonomian ke depan.
Namun, pemulihan ekonomi terlihat penuh ketidakpastian akibat infeksi COVID-19 yang masih berlangsung, bukan hanya di Asia saja tapi di seluruh negara. Meski banyak negara mengeluarkan stimulus, ini mungkin tidak cukup menutupi kerugian akibat kegiatan ekonomi yang terus dibatasi.
Satu-satunya negara yang masih bisa mencatatkan pertumbuhan di tahun ini adalah Cina. Pada kuartal 2 kemarin, ekonomi Cina masih tumbuh 3,2%. Sebagai perekonomian terbesar di Asia, tetap bertumbuhnya Cina menjadi salah satu penopang bagi negara Asia lainnya.
Kontraksi Ekonomi Indonesia, Serapan Stimulus Terbatas
Angka infeksi kasus COVID-19 di Indonesia masih sangat tinggi dengan positivity rate hingga 15%. Artinya setiap 100 orang yang di tes, ada 15 orang yang terinfeksi. Ini sudah melampaui batasan yang ditetapkan WHO sebesar 5%. Kondisi ini mengancam pemulihan ekonomi dan pasar keuangan.
Hal ini dikonfirmasi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal 3 akan ada di angka negatif pada kisaran -2,9% sampai -1%. Prediksi tersebut direvisi dari sebelumnya yang masih bisa menyentuh pertumbuhan positif.
Di sisi lain, serapan stimulus pemerintah masih terbilang rendah. Per 16 September 2020, serapan stimulus nasional dari 696 Triliun hanya mencapai 36%. Lambatnya serapan anggaran berpotensi memperdalam angka penurunan perekonomian setidaknya hingga akhir 2020.
Sulit untuk ditebak kapan pemulihan global dari wabah COVID-19 benar-benar terjadi, mengingat belum ada vaksin yang sampai pada tahap penggunaan komersial. Maka itu, waktu pemulihan perekonomian juga sulit diprediksi, bahkan mungkin turun kembali akibat gelombang kedua wabah.
Sebaiknya kita tidak perlu menebak kapan waktu tepat untuk membeli di harga rendah, karena sulit mengetahui dimana harga terendah tersebut. Tetap gunakan metode Dollar Cost Averaging untuk mendapatkan harga rata-rata yang baik.