The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) atau 0,5% dari 3,75%-4% menjadi 4,25%-4,5% pada Desember 2022.
Kenaikan suku bunga The Fed melandai dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 75 basis poin.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang menyatakan bahwa persentase kenaikan suku bunga acuan akan melambat mulai Desember 2022.
Lebih detail, bank sentral Amerika Serikat (AS) itu mulai mengerek suku bunga acuan pada Maret 2022 sebesar 25 bps dan selanjutnya semakin agresif hingga naik sebesar 75 bps selama 4 bulan berturut-turut. Hal ini dilakukan demi menekan inflasi Negeri Paman Sam yang terus meningkat.
Berikut detail kenaikan suku bunga acuan The Fed sampai 2 November 2022:
Kebijakan itu bisa dibilang berhasil. Pasalnya, inflasi AS melandai menjadi 7,1% per November 2022 atau terendah sejak Januari 2022 setelah mencapai puncaknya di level 9,1% pada Juni 2022.
Jika inflasi AS membaik, maka The Fed berpeluang mengerem kenaikan suku bunga acuan. Dengan demikian, imbal hasil (yield) obligasi AS berpotensi turun dan dolar AS pun melemah.
Berikut gambaran pergerakan dolar AS dan imbal hasil obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun dalam 6 bulan terakhir:
Dampak dari kondisi tersebut, imbal hasil obligasi Pemerintah Indonesia tenor 10 tahun (ID10Y) juga melandai dan harga obligasi menguat. Investor pun mulai menikmati keuntungan dari strategi cicil beli Reksa Dana Obligasi yang telah dilakukan.
Bagi kamu yang baru mulai membeli Reksa Dana Obligasi, memang tidak bisa mendapatkan posisi harga terbaik atau paling murah sekarang. Namun dengan ekspektasi inflasi AS yang terus melandai dan kenaikan suku bunga AS yang tak agresif lagi, Reksa Dana Obligasi tetap menarik mengingat imbal hasil obligasi Pemerintah Indonesia tenor 10 tahun berada di level 6,3% (Januari 2022) vs 6,9% (Desember 2022).
Reksa Dana Obligasi adalah reksa dana yang menempatkan minimal 80% asetnya di surat utang (obligasi), baik obligasi pemerintah maupun korporasi. Produk ini cocok untuk jangka menengah atau 1-5 tahun atau investor dengan profil risiko moderat.
Selain itu, kamu juga bisa memilih reksa dana yang paling minim risiko, yakni Reksa Dana Pasar Uang (RDPU). Mayoritas aset Reksa Dana Pasar Uang ditempatkan di instrumen pasar uang, seperti deposito berjangka dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.
Sementara, investor bisa memilih Reksa Dana Saham (RDS) jika ingin mencoba imbal hasil dan risiko lebih besar dari Reksa Dana Obligasi dan Reksa Dana Pasar Uang.
Mayoritas aset Reksa Dana Saham ditempatkan di pasar saham yang pergerakannya cukup fluktuatif. Produk ini cocok untuk jangka panjang, yakni lebih dari 5 tahun atau investor dengan profil risiko agresif.
Jangan lupa pilih investasi sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan kamu sambil pantau terus perkembangan ekonomi domestik serta global.