Lebih Baik Lagi Tahun Depan, Nih Cara Hadapi Naik Turun Investasi

Apakah sehat secara finansial masuk dalam resolusi kamu tahun depan? Kalau iya, kamu bisa mulai dengan cara mengelola keuangan dengan baik. Kalau kamu sudah bisa mengelola keuangan dengan baik, nantinya kamu bisa mulai nabung dan berinvestasi untuk bisa mencapai tujuan keuangan.

Tapi, perjalanan investasi nggak selalu berjalan mulus. Pasang surut kondisi perekonomian bisa menjadi hal yang mempengaruhi investasi kamu. Nggak selalu naik sesuai ekspektasi, adakalanya investasi kamu harus merah dan berakhir minus. Bagaimana menghadapi naik-turun investasi agar siap menyambut tahun depan?

Kerugian dalam Berinvestasi

Investasi pasti punya risiko, apalagi jika memilih berinvestasi di Reksa Dana Obligasi dan Reksa Dana Saham (RDS). Intinya adalah jangan panik kalau tiba-tiba terjadi market crash. Soalnya, RDO maupun RDS memang sebaiknya kamu pilih untuk tujuan jangka menengah hingga panjang seperti dana pendidikan anak sampai dana pensiun.

Data per 15 Desember 2022. Disclaimer on: hasil investasi masa lalu tidak mencerminkan masa depan

Grafik di atas adalah pergerakan salah satu produk RDS di aplikasi Bibit. Jika investasi yang kamu lakukan baru berjalan selama setahun, maka kamu akan berpotensi mengalami kerugian. Sehingga, lebih baik kamu tidak berinvestasi di RDS untuk jangka pendek kurang dari setahun. Bandingkan dengan grafik di bawah ini!

Data per 15 Desember 2022. Disclaimer on: hasil investasi masa lalu tidak mencerminkan masa depan

Grafik tersebut adalah jenis RDS yang sama seperti grafik sebelumnya. Bedanya, perjalanan investasi yang dilakukan sudah lebih lama yaitu 5 tahun. Sehingga, meskipun sempat mengalami penurunan, namun pada akhirnya berpotensi naik karena dilakukan secara jangka panjang.

Imbal Hasil di Luar Ekspektasi

Imbal hasil menjadi salah satu fokus saat kita berinvestasi. Tapi gimana kalau imbal hasil yang diperoleh nggak sesuai ekspektasi bahkan portofolio kita merah karena minus? Perlu diingat bahwa naik-turun dalam berinvestasi adalah hal yang wajar. Apalagi jika kamu berinvestasi di instrumen yang fluktuatif seperti reksa dana saham.

Saat kamu lihat portofolio merah, jangan langsung putus asa. Bahkan, momen koreksi atau penurunan dalam investasi bisa menjadi waktu yang ideal untuk melakukan akumulasi di harga yang lebih murah. Ibaratnya kamu beli barang bagus dengan harga diskon. Jadi, jika kamu fokus pada tujuan jangka panjang, maka kamu berpotensi akan mendapatkan return yang maksimal. Seperti yang tergambar pada mesin waktu di bawah ini!

Data per 15 Desember 2022. Disclaimer on: hasil investasi masa lalu tidak mencerminkan masa depan

Gambar di atas merupakan penghitungan dengan fitur mesin waktu di aplikasi Bibit. Jika kamu rutin berinvestasi hanya Rp100 ribu setiap bulan selama 10 tahun, maka total investasi kamu berpotensi tumbuh menjadi Rp21,5 juta. dibandingkan dengan menyimpan uang tersebut di bank, kamu hanya akan mengantongi sebesar Rp12 juta.

Semakin lama kamu berinvestasi, maka semakin besar jumlah uang yang kamu tabung dengan return yang lebih optimal. Hal ini disebabkan karena dalam investasi ada efek compound interest atau bunga berbunga. Artinya bunga dari investasi kamu juga akan berbunga, dan hasilnya akan berbunga lagi sehingga pertumbuhannya terakumulasi seterusnya secara exponential.

DCA atau Nabung Rutin

Dari penjelasan di atas, strategi yang bisa kita lakukan dalam menghadapi naik turun saat berinvestasi adalah dengan melakukan Dollar Cost Averaging (DCA) alias nabung rutin secara konsisten. DCA juga akan membantu kamu disiplin untuk membeli unit yang lebih banyak pada saat harga reksa dana turun, sehingga kamu bisa mendapatkan harga rata-rata yang lebih baik. Hal ini juga akan membuat kamu mengambil keputusan investasi yang lebih mudah dan terhindar dari keputusan emosional. 

Jadi, apakah kamu sudah siap memulai saat ini juga untuk konsisten nabung di reksa dana? Kalau sudah siap, tentukan goals-mu sendiri dan mulailah investasi sekarang juga!