The Beginning of Rate Cut Cycle: Indo, U.S, and China
Bank Indonesia pada Rabu (18/9) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar -25 bps menjadi 6%, dengan deposit facility dan lending facility juga turun 25 bps menjadi 5,25% dan 6,75%. Keputusan ini di luar ekspektasi konsensus yang memperkirakan Bank Indonesia tidak akan menurunkan BI Rate.
Kemudian, Bank Sentral AS The Fed pada Rabu waktu setempat (18/9) memangkas suku bunga acuannya sebesar -50 bps ke level 4,75–5%, menandai pemangkasan suku bunga pertama sejak kenaikan suku bunga secara agresif dalam 2 tahun terakhir.
People Bank of China (PBoC) di luar ekspektasi juga memangkas suku bunga loan policy tenor 1 tahun, medium–term lending facility (MLF), sebesar -30 bps menjadi 2% pada Rabu (25/9). Langkah ini menandai penurunan suku bunga MLF yang terbesar sejak PBoC menggunakannya sebagai guidance arah suku bunga di market pada 2016.
Indonesia’s Monthly Deflation Persists for the Fifth Consecutive Month
BPS mencatat bahwa inflasi indeks harga konsumen (IHK) di Indonesia melandai ke level 1,84% YoY pada September 2024 (vs. Agustus 2024: inflasi 2,12% YoY), terendah sejak November 2021. Secara bulanan, IHK mengalami deflasi 0,12% MoM pada September 2024 (vs. Agustus 2024: deflasi 0,03% MoM), menandai deflasi bulanan dalam 5 bulan beruntun.
Adapun inflasi inti mencapai 2,09% YoY (vs. Agustus 2024: inflasi 2,02% YoY), menandai level tertinggi dalam 13 bulan terakhir.
S&P Global mencatat bahwa Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur di Indonesia mencapai 49,2 pada September 2024 (vs. Agustus 2024: 48,9). Hasil ini menandai kontraksi selama 3 bulan beruntun.
Outstanding U.S. Job Numbers Dampen Rate Cut Expectations
Pada Jumat (4/10) waktu setempat, Biro statistik tenaga kerja AS (BLS) mengumumkan pertumbuhan nonfarm payroll (NFP) sebesar 254.000 pada September 2024, jauh lebih tinggi dibandingkan ekspektasi ekonom di survei Reuters sebesar 140.000, sekaligus menandai pertumbuhan terkuat sejak Maret 2024.
Pencapaian ini membuat tingkat pengangguran September 2024 turun ke level 4,1%, lebih rendah dibandingkan survei Reuters dan realisasi Agustus 2024 sebesar 4,2%.
Merespons data-data ini, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed hingga akhir tahun berkurang dari 75 bps pada pekan lalu menjadi 50 bps per Selasa (8/10), berdasarkan analisis dari CME FedWatch Tool.
Foreign Inflow Continues, Although Lower Than August’s
Pasar saham dan obligasi Indonesia pada September 2024 mendapatkan foreign inflow sebesar Rp23,7 triliun dan Rp22,2 triliun masing-masing, dengan total keduanya mencapai Rp45,9 triliun.
Realisasi ini di bawah inflow pada Agustus, yang membawa masuk foreign inflow senilai Rp55,7 triliun, yang merupakan inflow bulanan tertinggi selama 2024. Hal ini dapat disebabkan oleh:
IHSG yang mencatatkan foreign outflow sebesar Rp7,8 triliun dari Selasa (24/9) hingga akhir bulan (30/9), setelah mendapatkan foreign inflow mingguan selama 15 minggu beruntun sejak pekan kedua Juni 2024. Hal ini terjadi seiring pengumuman stimulus moneter PBoC serta menguatnya Indeks Shanghai SSE Composite dan CSI 300.
Aksi profit taking investor asing setelah IHSG sempat menembus all-time-high di level 7.911 pada Kamis (19/9).
What’s The Impact?
Mengacu kepada konsensus pasar yang memperkirakan FFR (Federal Funds Rate) akan dipangkas lebih banyak dibanding BI Rate, perbedaan BI Rate dan FFR akan meningkat hingga akhir tahun. Hal ini berpotensi meningkatkan net foreign inflow pasar modal Indonesia, sehingga menguntungkan instrumen saham dan obligasi.
Pemangkasan suku bunga akan meningkatkan harga obligasi, mengurangi yield untuk pembeli baru. Namun, kami menilai bahwa belum terlambat untuk membeli obligasi dan mengunci yield yang saat ini ditawarkan di level yang menurut kami masih menarik, sebab siklus pemangkasan suku bunga baru saja dimulai.
Pemangkasan suku bunga juga berpotensi memberi sentimen positif terhadap saham:
Perbankan karena penurunan biaya pendanaan (CoF) dapat meningkatkan Net Interest Margin (NIM)
Properti dan otomotif karena penurunan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Mobil (KPM) dapat meningkatkan permintaan
💡Alternatif Investasi di Kondisi Pasar Saat ini
Securing short-term safety
Saat ini, kami melihat Obligasi FR short-term masih memiliki yield yang menarik, terutama PBS032 (2 tahun) dan FR0081 (1 tahun).
Ada juga ORI026-T3 (3 tahun) dengan imbal hasil 6,30% per tahun dan ORI026-T6 (6 tahun) dengan imbal hasil 6,40% per tahun. Imbal hasil berupa kupon dibagikan setiap bulan, yang bisa jadi sumber passive income pasti.
Reksa Dana Pasar Uang dapat menjadi alternatif untuk investasi jangka pendek dengan pergerakan stabil.
Top Performing Assets in Bibit
Writer: Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.
Market Updates
Pada September 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun -1,9% MoM dengan aliran dana masuk dari investor asing mencapai Rp20,8 triliun.
Di sisi lain, Indeks Obligasi Pemerintah Indonesia (IBPA Total Return) tercatat naik +1,3% MoM disertai oleh inflow dana asing sebesar Rp19,9 triliun.
10-Yr Indonesia Government Bond Yield berada di level 6,45%, turun -18 bps dari 6,63% pada Agustus 2024.
5-Yr Indonesia Government Bond Yield berada di level 6,18%, turun -34 bps dari 6,53% pada Agustus 2024.
1-Yr Indonesia Government Bond Yield berada di level 6,19%, turun -42 bps dari 6,61% pada Agustus 2024.
Rata-rata bunga deposito perbankan Indonesia (TD Rate 12M) berada di level 4,03%, turun -1 bps dari 4,04% pada Agustus 2024.
IHSG ditutup di level 7.528 pada September 2024, turun -1,9% MoM dan naik +8,5% YoY.
Sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi adalah teknologi (+17,6% MoM), sedangkan yang mengalami penurunan terdalam adalah infrastruktur (-5,2% MoM).
Di level ini, IHSG memiliki Forward P/E Ratio sebesar 14,2x.