Bibit Monthly Insight: Trade War, Arah Kebijakan Suku Bunga Global, dan Danantara

Eskalasi Trade War Berlanjut, Probabilitas Pemangkasan FFR Naik

  • China pada Selasa (4/3) mengumumkan tambahan tarif balasan sekitar 10–15% untuk produk impor AS mulai 10 Maret 2025, menandai tarif balasan kedua dari China setelah tarif balasan 10% yang berlaku 10 Februari 2025. 

  • Pengumuman tersebut menyusul berlakunya tambahan tarif impor sebesar 10% yang diterapkan AS kepada China (4/3), membuat total tarif impor asal China menjadi 20%.

  • AS juga mulai menerapkan tarif impor sebesar 25% untuk Kanada dan Meksiko per Selasa (4/3), kecuali produk energi Kanada yang hanya dikenakan tarif 10%.

  • Menanggapi hal ini, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, segera menerapkan tarif balasan sebesar 25% untuk impor AS senilai 30 miliar dolar Kanada, serta mengancam akan menerapkan tarif tersebut bagi impor AS lainnya yang bernilai 125 miliar dolar Kanada jika AS tidak mencabut tarif dalam 21 hari.

  • Adapun Trump pada Kamis (6/3) memutuskan untuk menangguhkan tarif untuk barang impor dari Kanada dan Meksiko yang tercakup dalam perjanjian perdagangan AS–Meksiko–Kanada (USMCA). Penangguhan tersebut akan berakhir pada 2 April 2025.

  • Berdasarkan CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga AS, Fed Funds Rate (FFR), lebih dari 50 bps selama 2025 naik menjadi 67% per Jumat (7/3) (vs.31 Jan: 24,6%). Kenaikan ini dapat terjadi seiring kekhawatiran atas ekspor dan perekonomian AS akibat penetapan tarif.  

Ekonomi Indonesia Melambat, BI Tetap Tahan Suku Bunga

  • BPS mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2024 hanya mencapai +5,03% YoY (vs. 2023: +5,05% YoY), lebih rendah dari target pemerintah di level +5,2% YoY meski masih di kisaran target Bank Indonesia (BI) di level +4,7–5,5% YoY. 

  • Capaian ini menandai pertumbuhan terendah dalam 3 tahun terakhir.

  • Secara terpisah, Bank Indonesia pada Rabu (19/2) memutuskan untuk menahan suku bunga BI Rate di level 5,75%, sejalan dengan ekspektasi konsensus. 

  • Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa keputusan tersebut merupakan upaya untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, menjaga inflasi tetap terkendali, dan mendorong pertumbuhan ekonomi

  • Perry menyebut masih ada kemungkinan penurunan BI Rate lebih lanjut, meski timing pemangkasan akan bergantung pada dinamika global. Konsensus Bloomberg per Kamis (6/3) masih memperkirakan BI Rate akan turun 50 bps lagi ke level 5,25% hingga akhir 2025.  

  • Terbaru, BPS mencatat deflasi indeks harga konsumen (IHK) sebesar 0,09% YoY pada Februari 2025 (vs. Jan 2025: inflasi 0,76% YoY, konsensus: inflasi 0,41% YoY), menandai deflasi secara tahunan yang pertama sejak Maret 2000

Danantara Resmi Diluncurkan

Presiden Prabowo Subianto resmi meluncurkan Badan Pengelola Investasi Danantara pada Senin (24/2). Badan ini sebelumnya direncanakan memiliki modal awal minimal sebesar 1.000 triliun rupiah, setara dengan ∼60 miliar dolar AS. 

  • Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Perkasa Roeslani, dipilih sebagai CEO. Sedangkan posisi CIO dan COO masing–masing diisi oleh Pandu Sjahrir dan Wakil Menteri BUMN, Dony Oskaria.

  • Danantara akan mengelola seluruh BUMN per akhir Maret 2025. Adapun sejumlah media nasional menyebut bahwa Danantara pada tahap awal akan mengelola 7 BUMN terlebih dulu, yakni Bank Mandiri ($BMRI), Bank Rakyat Indonesia ($BBRI), Bank Negara Indonesia ($BBNI), Telkom Indonesia ($TLKM), PT PLN, PT Pertamina, dan Mining Industry Indonesia (MIND ID).

  • Presiden Prabowo menyebut bahwa pemerintah pada tahap awal akan menyalurkan dana sebesar 20 miliar dolar AS untuk membiayai 20 proyek nasional. Proyek tersebut meliputi nikel hilir dan mineral lainnya hingga kecerdasan buatan, kilang minyak, pabrik petrokimia, produksi pangan, akuakultur, dan energi terbarukan. 

What’s The Impact?

  • Meningkatnya probabilitas pemangkasan suku bunga AS dengan besaran yang lebih meningkat memberikan ruang yang lebih luas bagi BI untuk memangkas BI Rate lebih lanjut.

  • Hal ini akan mendukung upaya BI dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan nilai tukar rupiah.

  • Konsensus Bloomberg per Selasa (4/3) masih memperkirakan BI Rate akan turun 50 bps lagi ke level 5,25% hingga akhir 2025.  

  • Di sisi lain, pembentukan Danantara juga berpotensi memberi dampak positif terhadap perekonomian Indonesia, karena kemampuanya untuk memperluas sumber pendanaan pemerintah dan mensinkronisasi arahan strategis BUMN. Adapun eksekusi, indepensi, dan transparansi badan ini menjadi hal penting yang perlu diperhatikan. 

Pilihan Investasi Saat Pasar Volatil Kelola Risiko di Tengah Ketidakpastian

Ketidakpastian kebijakan global dan perkembangan data ekonomi berpotensi memperpanjang volatilitas di pasar modal Indonesia. Konsep All Weather Portfolio yang menekankan diversifikasi investasi dapat menjadi strategi di tengah dinamika ekonomi global. Investor dapat mempertimbangkan aset-aset berikut untuk mengisi alokasi portofolio:

  • Obligasi FR: Investor dapat mengunci yield Obligasi FR jangka pendek, yang menurut kami masih menawarkan risk-reward menarik (yield 6,4% p.a.*). 

  • SBN Ritel Floating with Floor: Imbal hasil dari SBN dengan mekanisme floating with floor artinya imbal hasil akan naik seiring kenaikan suku bunga. Namun jika suku bunga turun, imbal hasil tidak akan turun dari inbal hasil minimum (floor) yang ditetapkan, sehingga membatasi risiko portofolio. Investor dapat membeli ST014 di Bibit dengan tenor 2 dan 4 tahun, tersedia mulai 7 Maret hingga 16 April 2025. 

  • Reksa Dana Obligasi: Aset ini secara historis menunjukkan performa yang konsisten naik dalam jangka panjang (5Y Return: +35,12%*). 

  • Saham: Investor dengan risk appetite yang lebih tinggi dapat mempertimbangkan saham berkualitas yang sedang terkoreksi, seperti $BBCA (-8,5% YtD*) dan $BMRI (-15% YtD*). 

*Data per 4 Maret 2025

Data Reksa Dana per 5 Maret 2025

Obligasi FR per 6 Maret 2025 pada jam market 10.30-14.00 WIB

Total return BBCA dan BMRI per 4 Maret 2025, memperhitungkan price return dan dividend.

Disclaimer: reksa dana dan saham berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja masa depan.

Writer: Investment Research Team

Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.


Market Update

Sumber: Bloomberg per 28/02/2025

Secara bulanan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun -12% MoM dengan outflow dana asing mencapai Rp18,4 triliun.

Sementara itu, Indeks Obligasi Pemerintah Indonesia (IBPA Total Return) tercatat naik +1,15% MoM dengan inflow dana asing sebesar Rp9,1 triliun.

Sumber: Bloomberg per 28/02/2025

Pada Februari 2025:

  • 10-Yr Indonesia Government Bond Yield berada di level 6,91% (-8 bps MoM).

  • 5-Yr Indonesia Government Bond Yield berada di level 6,75% (-12 bps MoM).

  • 1-Yr Indonesia Government Bond Yield berada di level 6,53% (-30 bps MoM).

  • Rata-rata bunga deposito perbankan Indonesia (TD Rate 12M) berada di level 4,08% (-5 bps MoM).

Sumber: Bloomberg per 28/02/2025

  • IHSG ditutup di level 6.271 pada Februari 2025, turun -12% MoM dan turun -14% YoY

  • Sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi adalah IDXTECH (+44% MoM), sedangkan yang mengalami penurunan terdalam adalah IDXENER (-17% MoM).

  • Di level ini, IHSG memiliki Forward P/E Ratio sebesar 11,6x.