Market Summary
Ketidakpastian Ekonomi RI — Pemerintah resmi meluncurkan stimulus sebesar Rp24,4 triliun untuk menopang konsumsi, sementara OECD memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dunia.
Ketegangan Trade War — Donald Trump menandatangani perintah untuk menaikkan tarif baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%, sementara Indonesia mempersiapkan daftar tarif preferensi sebelum bernegosiasi dengan AS.
Strategi Investasi Danantara – BPI Danantara akan mengalokasikan dana investasi senilai US$5 miliar hingga akhir 2025 untuk mendorong pembangunan sektor-sektor strategis.
Stimulus Fiskal di tengah Revisi Outlook
Pada Senin (2/6), pemerintah Indonesia telah resmi meluncurkan paket stimulus ekonomi jilid kedua senilai Rp24,4 triliun — terdiri dari bantuan subsidi upah, diskon tiket transportasi, diskon tarif tol, tambahan bantuan sosial tunai dan beras, serta diskon iuran jaminan kecelakaan kerja.
Namun, di saat bersamaan, Organisation for Economic Co–operation and Development (OECD) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi +4,7% YoY pada 2025 dan +4,8% YoY pada 2026. Sedangkan pertumbuhan ekonomi global juga dipangkas menjadi +2,9% YoY pada 2025 dan 2026.
Hal ini menandai pemangkasan outlook yang kedua dari OECD untuk Indonesia tahun ini, menyusul pemangkasan outlook pada Maret 2025.
OECD menegaskan bahwa downgrade outlook Indonesia lebih disebabkan oleh faktor domestik dan risiko arus keluar modal, dengan depresiasi rupiah masih mungkin terjadi.
Meskipun begitu, OECD memperkirakan tetap ada peluang pemulihan pada 2H25 hingga 2026 jika investasi Danantara berjalan optimal.
Ketegangan Tarif AS
Pada Selasa (3/6), Presiden AS Donald Trump, menandatangani perintah untuk menaikkan tarif baja dan aluminium dari 25% menjadi 50% per 4 Juni 2025 guna membantu produsen dalam negeri dan melindungi keamanan nasional AS.
Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan daftar tarif preferensi untuk barang–barang impor dari AS sebelum bernegosiasi dengan AS.
Pemerintah Indonesia juga menyatakan akan mempercepat negosiasi dengan AS sebelum batas akhir 3 Juli 2025.
Strategi Investasi Danantara
Managing Director Finance BPI Danantara, Arief Budiman, mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan investasi senilai US$5 miliar (~Rp81 triliun) hingga akhir 2025.
Investasi tersebut difokuskan pada 8 sektor, yaitu hilirisasi mineral, energi baru terbarukan, infrastruktur digital, layanan kesehatan, jasa keuangan, utilitas infrastruktur, kawasan industri, serta pangan dan pertanian.
Dana investasi tersebut diperoleh dari penerimaan dividen BUMN yang ditargetkan mencapai Rp120 triliun selama 2025.
Bertepatan dengan itu, Bloomberg menyatakan bahwa Danantara akan menyuntikkan modal ~US$500 juta (~Rp8,1 triliun) kepada Garuda Indonesia ($GIAA).
Jika terwujud, aksi korporasi ini berpotensi menjadi investasi pertama Danantara sejak dibentuk pada awal 2025.
Key Takeaways
Dalam kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, investor disarankan untuk tetap waspada. Meskipun stimulus fiskal dan rencana investasi pemerintah memberikan sentimen jangka pendek yang positif, outlook ekonomi Indonesia yang direvisi turun menandakan bahwa tekanan domestik masih nyata.
Untuk mempertahankan stabilitas portofolio, investor dapat menjaga alokasi ke instrumen berisiko rendah seperti Reksa Dana Pasar Uang dan Obligasi Negara seperti SBN Ritel SR022 yang bisa dibeli hingga 18 Juni 2025 pukul 12.00 WIB. SR022 menawarkan fixed rate return hingga 6,55% p.a. cair setiap bulannya.
Di sisi lain, strategi dollar cost averaging (DCA) masih relevan untuk mengurangi risiko timing, serta menjaga disiplin investasi jangka panjang, terutama bagi investor yang ingin masuk secara bertahap di tengah volatilitas.
Top Reksa Dana di Bibit
*Data return reksa dana per 5 Juni 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.
Reksa Dana Obligasi
ABF Indonesia Bond Index Fund: Return +38,1% 5 tahun terakhir
Bahana Pendapatan Tetap Makara Prima Kelas G: Return +27,8% 5 tahun terakhir
Manulife Obligasi Unggulan Kelas A: Return +31,9% 5 tahun terakhir
Reksa Dana Pasar Uang
BRI Seruni Pasar Uang III: Return +5,58% setahun terakhir
TRIM Kas 2 Kelas A: Return +5,51% setahun terakhir
Sucorinvest Sharia Money Market Fund: Return +5,44% setahun terakhir
Simulasi Passive Income Bulanan dari SBN Ritel SR022
Market Update | IHSG: Net Foreign Inflow Rp1 T Month-to-Date
Bloomberg per 6 Juni 2025, kecuali Foreign Flow Obligasi per 4 Juni 2025
Writer: Bibit Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.
In Case You Missed It
Buffett’s Timeless Principle: Buy Great, Hold Long
Berinvestasi jangka panjang itu penting, namun memilih perusahaan atau aset dengan fundamental yang kuat juga tidak kalah pentingnya.
BI Rate Turun, Kini Bunga Jaminan LPS Turun
Tingkat bunga penjaminan dari LPS diturunkan sebesar -25 bps. Ini membuat imbal hasil SR022 menjadi semakin menarik dengan pajak 50% lebih rendah dari deposito.
Other Articles
BBRI 4M25: Laba Bersih Bank Only -16% YoY
Tren kinerja BBRI selama 4M25 tidak berbeda jauh dengan kinerja perseroan pada 1Q25, di mana tantangan pada segmen mikro berdampak pada stagnasi NII dan tingginya CoC.
Harga Minyak, Emas, dan CPO Kompak Naik
Harga minyak, emas, dan CPO sempat mengalami kenaikan di tengah ketidakpastian global.